Pada masa kebebasan informasi seperti sekarang ini, salah paham tentang hypnosis masih banyak
terjadi. Bukan hanya di Indonesia, persepsi bahwa hypnosis adalah kejahatan plus sihir juga terjadi
Amerika dan negara-negara lainnya.
Cobalah tanyakan kepada 10 orang awam di sekitar Anda, "Apa itu hipnotis?". Kemungkinan besar
mereka akan menjawab semacam ini: "Hipnotis adalah ilmu hitam yang digunakan kejahatan dengan
cara membuat korban tidak sadar dan menuruti perintah orang yang menghipnotis".
Apakah definisi hypnosis di atas benar?
Mari kita melacak asal mula kesalahpahaman tentang hypnosis
Tahun 1894, George du Maurier membuat novel yang bercerita tentang seorang tokoh jahat bernama
Svengali. Svengali punya kekuatan mistis yang bisa menguasai pikiran orang lain. Novel ini sukses, dan
kemudian dibuat film pada tahun 1933. Film ini pun ditonton jutaan orang. Sejak saat itu, Svengali seolah -
olah menjadi ikon hypnosis. Masyarakat secara tidak sadar menjadi takut dengan hypnosis. Novel dan
film Svengali berhasil menciptakan kesalahpahaman besar terhadap hipnotis.
Svengali hanyalah yang pertama. Setelah Svengali, ada puluhan film lain yang menimbulkan
kesalahpahaman terhadap hypnosis. Di Indonesia sendiri ada beberapa sinetron yang menimbulkan kesan
bahwa hypnosis adalah kejahatan atau ilmu hitam.
Pencitraan dan penggunaan kata yang salah pada berita yang dimuat di surat kabar, radio dan televisi
juga sangat berpotensi memperbesar miskonsepsi dan ketakutan masyarakat terhadap hypnosis. Sampai
hari ini, masih sering ditulis di Koran bahwa ada kejahatan menggunakan hipnotis. Cobalah Anda cari di
Google dengan kata kunci "korban hipnotis" atau "kejahatan hipnotis", maka Anda akan menemukan ratusan artikel kasus kejahatan yang dikatakan menggunakan hipnotis. Padahal sebenarnya hypnosis
tidak bisa digunakan untuk kejahatan semacam itu.
Menurut pengamatan saya, sebagian praktek kejahatan yang diberitakan sebagai kejahatan hipnotis
sebenarnya adalah pembiusan atau penipuan belaka yang memanfaatkan kelemahan korban. Mungkin
ada baiknya apabila rekan-rekan di media masa memahami apa itu hypnosis dan bedanya dengan
penipuan supaya mereka bisa menggunakan kata "hipnotis" secara bijaksana dan pada tempatnya.
Di bawah ini coba sebutkan beberapa miskonsepsi hypnosis, disertai dengan penjelasan yang benar
mengenai miskonsepsi tersebut
Miskonsepsi: Hypnotist (orang yang menghipnotis) menggunakan kekuatan supranatural tertentu yang
bisa mempengaruhi atau mengendalikan pikiran orang lain.
FAKTA: Hypnosis adalah ilmu pengetahuan yang ilmiah walaupun terlihat misterius bagi orang yang
belum mengenalnya. Seorang ahli hypnosis tidak menggunakan kekuatan supranatural, gaib, m istik,
bantuan jin dan sebagainya. Hypnosis menggunakan kekuatan sugesti atau pengaruh kata-kata yang
disampaikan dengan teknik-teknik khusus. Satu-satunya kekuatan dalam hypnosis adalah kata-kata dan
pemahaman bahasa. Anda hanya bisa terhipnotis jika Anda memahami bahasa orang yang menghipnotis
Anda. Misalnya ada pakar hypnosis dari Amerika datang untuk menghipnotis orang Indonesia, maka yang
bisa terhipnotis hanya orang yang memahami Bahasa Inggris saja. Sugesti disampaikan melalui kata-kata,
dan kata-kata tersebut harus dipahami oleh orang yang dihipnotis.
Miskonsepsi: Hypnosis bisa digunakan untuk memaksa seseorang secara halus sehingga mau melakukan
sesuatu yang merugikan atau berbahaya.
FAKTA: Anda hanya bisa dihipnotis apabila Anda bersedia mengikuti instruksi atau arahan ahli hypnosis
sehingga Anda memasuki kondisi trance (pikiran bawah sadar terbuka). Dalam kondisi hypnosis, Anda
tidak akan kehilangan kendali atas pikiran Anda. Kalau Anda tidak setuju atau tidak suka atau tidak
mengerti maksud dari sugesti yang diberikan, pikiran bawah sadar Anda akan menolaknya. Sugesti yang
bertentangan dengan keyakinan dan nilai dasar seseorang tidak akan berpengaruh sedikitpun. Misalnya
Anda diberi sugesti untuk membenci nabi yang Anda yakini benar, maka sugesti ini tidak berpengaruh
kepada Anda.